Kamis, 03 Mei 2012

KARYA TULIS SISWA : UPAYA PENGOLAHAN SAMPAH SEBAGAI PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT JAMBANGAN RT 02 RW 01


      BAB I
PENDAHULUAN

1.1.         Latar Belakang

Sampah adalah sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang. Sampah tidak berarti sesuatu hal yang tidak dapat dipakai lagi atau didaur ulang. “Pada umumnya sampah berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia, termasuk kegiatan industry”, ( Azwar, 1990 dalam Oswari Suryanto Susilowati, 2006 : 59 ). Tanpa disadari kegiatan manusia banyak menghasilkan sampah. Sampah yang dihasilkan manusia dari kehidupan rumah tangganya disebut sampah rumah tangga. Selain itu sampah juga banyak dihasilkan dari sisa industry. Sampah yang dihasilkan dari sisa industry disebut sebagai limbah.
“Limbah industri bersumber dari kegiatan industry baik karena proses secara langsung maupun secara tidak langsung. Limbah bersumber langsung dari kegiatan industry yaitu limbah yang terproduksi bersamaan dengan proses produksi sedang berlangsung, dimana produk dan limbah hadir pada saat yang sama”, ( Perdana Ginting 2007 : 37 ). Limbah industry merupakan proses dari kegiatan industry yang perlu mendapat penanggulangan. Berbagai proses industry kebanyakan menghasilkan limbah yang bersifat cairan sehingga sangat susah untuk diolah. Pengkonsumsian produk industy di di tengah masyarakat sudah menjadi tanggung jawab masyarakat sendiri. Oleh sebab itu masyarakat harus benar-benar jeli terhadap kasus limbah atau persampahan supaya lingkungan disekitarnya tidak terjadi pencemaran lingkungan yang hebat.
Limbah atau sampah rumah tangga saat ini banyak yang menumpuk hingga volumenya naik sampai ambang batas. Semua ini karena meningkatnya jumlah penduduk dan belum banyaknya penanganan limbah secara benar.  “Kecenderungan jumlah penduduk yang semakin meningkat dewasa ini diikuti kegiatan kota yang makin berkembang menimbulkan dampak adanya kecenderungan buangan/limbah yang meningkat dan bervariasi (Syafrudin, 2006 : 2). Seiring dengan pertambahan penduduk menimbulkan penumpukan sampah yang hebat.
Selama ini, sampah kurang mendapat perhatian serius pemerintah daerah. Terbukti dengan menumpuknya sampah di depo-depo sampah atau pun di tempat sampah rumah tangga. Keadaan ini amat memprihatinkan, karena dengan penumpukkan sampah akan mengakibatkan penyakit dan  polusi.  “Menumpuknya sampah yang hebat akan menimbulkan warga sekitar terancam wabah penyakit.  Berbagai permasalahan dalam pengelolaan sampah tersebut tentu saja memerlukan penanganan yang serius karena pertumbuhan kota yang cepat secara langsung berimplikasi  pada pembangunan infrastruktur dasar dan pelayanan publik (Nurmadi, 1999 : 6-7)
Apabila diamati, timbulnya masalah persampahan tidak dapat lepas dari perilaku manusia/masyarakat sebagai penghasil sampah. Sejauh ini dirasakan bahwa pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam kebersihan belum berjalan sesuai dengan harapan. Masih banyak masyarakat yang membuang sampah sembarangan meskipun tempat sampah sudah tersedia. Jika jumah penduduk Indonesia sebanyak 220 juta jiwa, maka produk sampah setiap harinya sebanyak 110.000 ton atau 40.150.000 ton/tahun. Bisa dibayangkan jika sampah sebanyak itu tidak diolah tentu akan menimbulkan banyak masalah, terutama pencemaran lingkungan.
Seharusnya masalah sampah tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga merupakan tanggung jawab seluruh masyarakat. Agar partisipasi masyarakat dapat terwujud secara nyata, perlu ada usaha yang dapat membangkitkan motivasi, kemampuan, kesempatan dan menggali serta mengembangkan sumber-sumber yang ada pada masyarakat. Sehingga masyarakat bersedia berpartisipasi dalam pengelolaan persampahan secara konsisten dan berkesinambungan. Mengingat perilaku masyarakat berpengaruh besar terhadap kebersihan, maka masyarakat harus berperan secara aktif dalam pengelolaan sampah yang optimal. “Dibutuhkan pionir untuk merubah paradigma pengelolaan sampah dari pendekatan ujung pipa (end of pipes) yaitu membuang sampah langsung ke TPA ke arah pengelolaan sampah dengan prinsip 3 R yaitu Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali) dan Recycle (daur ulang)”,  ( Witoelar 2006 : 2 ). Kebijakan pengelolaan sampah ditekankan pada pengurangan sampah pada sumbernya, pemilahan dan daur ulang. Pijakan awal yang sangat penting dalam merubah paradigma ini adalah merubah kebijakan ke arah minimalisasi sampah pada sumbernya, bukan pada pembuangannya.
“Sampah-sampah yang dihasilkan dirumah dapat diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi warga dan membantu menyelamatkan lingkungan”, ( Teti Suryati 2009 : 1 ). Pada umumnya warga malas berurusan dengan sampah organic atau anorganik. Pasalnya, jenis sampah tersebut mudah berbau dan busuk. Seiring dengan berjalannya waktu sampah semakin menumpuk. Perbandingan antara jumlah sampah yang dihasilkan dengan sampah yang diolah tidak seimbang. Hal ini dipengaruhi aktivitas manusia, pertambahan jumlah penduduk dan ketersediaan ruang lingkup manusia yang relative tetap. Semakin maju gaya hidup manusia, semakin banyak sampah yang dihasilkan dan mungkin tidak dimanfaatkan.
Pemilihan sampah rumah tangga berjalan baik dengan adanya kesepakatan dan kedisiplinan dari seluruh anggota keluarga. Setiap anggota keluarga harus diberi pengertian dan pemahaman terlebih dahulu mengenai jenis-jenis sampah rumah tangga serta pentingnya menyortir sampah. Dengan begitu anggota keluarga akan memiliki kesadaran dan ikut bekerjasama dalam menerapkan kebiasaan memilah sampah dalam kehidupan sehari-hari.
Minimalisasi sampah pada sumbernya yaitu dengan cara pemanfaatan sampah secara ulang atau yang dikenal dengan daur ulang. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang besar, maka pemanfaatan sampah untuk daur ulang juga sangat besar. Dengan daur ulang akan mengurangi volume sampah kering dan sampah basah selain itu juga menambah penghasilan. Ny Tjahjani Retno Wilis mengatakan “potensi limbah plastik sebagai bahan komoditas mulai disadari para pelaku bisnis di Indonesia. Terbukti dengan munculnya industri-industri daur ulang plastik kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya”.
Penanganan sampah daur ulang telah dilakukan di kota besar seperti Surabaya. Daur ulang di Surabaya ini dilakukan oleh masyarakat Jambangan RT 02 RW 01. Kegiatan ini mulanya dilakukan untuk mengurangi volume sampah. Kreativitas daur ulang sampah ternyata mendapat banyak dukungan dari masyarakat sekitar Jambangan RT 02 RW 01. Pengurangan volume sampah dilakukan dengan pemisahan sampah kering dan sampah basah sebelum dimasukkan ke depo-depo pembuangan sampah. Selain pengurangan volume sampah, penambahan pemasukan dan dukungan akan memaksimalkan kinerja daur ulang sampah. Dukungan yang diberikan oleh masyarakat jambangan RT 02 RW 01 yaitu sosialisasi antar warga dan mengikuti organisasi yang sekiranya bermanfaat dalam pengelolaan sampah.
Pengelolaan daur ulang sampah dilakukan melalui pemilahan dan beberapa proses. Pemilihan sampah dilakukan dengan cara pemulungan oleh masyarakat Jambangan RT 02, RW 01. Sampah dimasukkan ke dalam wadah yang berbeda sesuai dengan jenisnya. Sampah kering dimasukkan ke dalam kantong sampah anorganik dan sampah basah dimasukkan ke dalam composer. Untuk itu pengelolaan daur ulang membutuhkan banyak warga yang terlibat supaya dapat menciptakan lingkungan yang lebih baik untuk kedepannya. “Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah adalah salah satu faktor teknis untuk menanggulangi persoalan sampah perkotaan atau lingkungan permukiman dari tahun ke tahun dan semakin kompleks”,( Yarianto et.al 2005: 1). Agar partisipasi masyarakat dapat terwujud secara nyata, perlu adanya usaha untuk membangkitkan motivasi, kemampuan, kesempatan dan menggali serta mengembangkan sumber-sumber yang ada pada masyarakat, sehingga masyarakat bersedia berpartisipasi dalam pengelolaan persampahan secara konsisten dan berkesinambungan. Perilaku masyarakat berpengaruh besar terhadap kebersihan, maka masyarakat harus pula berperan secara aktif dalam pengelolaan sampah yang optimal. Mengingat perilaku masyarakat besar pengaruhnya terhadap kebersihan, maka masyarakat harus pula berperan secara aktif dalam pengelolaan sampah yang optimal.
Kondisi eksisting persepsi masyarakat di Jambangan RT 02 RW 01  saat ini menunjukkan adanya fenomena yang menarik untuk dikaji lebih lanjut dengan telah adanya embrio pengelolaan daur ulang sampah. Hal ini dapat telihat dengan indikasi adanya beberapa kelompok masyarakat yang telah melakukan pengelolaan sampah kawasan secara mandiri, khususnya kawasan Jambangan RT 02 RW 01. Sehingga lingkungan Jambangan RT 02 RW 01 menjadi lebih nyaman, bebas polusi dan menyehatkan. Untuk itu kegiatan daur ulang sampah yang sudah terlaksanakan dapat menjadi konsep kebersihan lingkungan untuk kedepannya sehingga kawasan tersebut di atas dapat mengurangi timbulan sampah dan menjadi pemanfaatan sampah.
Berangkat dari pemikiran-pemikiran tersebut di atas, dilakukan penelitian ini guna mengetahui pemanfaatan pengelolaan sampah sebagai upaya peningkatan ekonomi warga dengan mengambil studi kasus pengelolaan sampah sebagai tambahan peningkatan ekonomi masyarakat Jambangan RT 02 RW 01.

1.2.     Rumusan Masalah
Kegiatan sampah yang dibuang dari sumber dimulai dengan kegiatan pemilihan sampah. Pemilihan sampah dimaksudkan untuk menghindari turunya nilai barang yang masih dapat dimanfaatkan dan memperkecil jumlah dan komposisi sampah. Meskipun kegiatan pemilahan ini tidak secara langsung mengurangi timbunan sampah, namun dapat membantu proses sampah pada pengolahan sampah selanjutnya. Kegiatan pemilihan sampah pada skala rumah tangga yang berperan dalam pelaku kebersihan di setiap rumah tangga. Menurut Yarianto et.al ( 2005 : 1 ) “keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah adalah salah satu faktor teknis untuk menanggulangi persoalan sampah perkotaan atau lingkungan pemukiman dari tahun ke tahun yang semakin kompleks”. Warga yang terlibat dalam pengolahan sampah perlu adanya sikap displin dan kemauan yang kuat sebagai kunci keberhasilan dari pemilihan sampah tersebut sehingga sampah yang dibuang ke lingkungan menjadi berkurang.
Disisi lain sampah masih mempunyai nilai jual dan mempunyai manfaat lain. Dengan cara memanfaatkan sampah yang mudah membusuk menjadi kompos dan sampah kering menjadi kerajinan tangan. Oleh sebab itu dengan didirikannya pengolahan sampah di Jambangan RT 02 RW 01 diharapkan akan meningkatkan ekonomi warga khususnya ibu rumah tangga yang menganggur.
Permasalahan tersebut di atas apabila tidak dipikirkan konsep-konsep penanggulanggannya mulai dari sekarang, dimungkinkan menjadi permasalahan yang semakin rumit dan kompleks di kemudian hari. Menurut Wibowo dan Darwin ( 2006: 1 ) “persampahan telah menjadi agenda permasalahan utama yang dihadapi oleh hampir seluruh perkotaan di Indonesia. Untuk itu, diperlukan perubahan pola dalam pengelolaan sampah mulai dari sekarang”. Hal tersebut memang memerlukan waktu panjang dan tingkat kesulitan yang lebih besar, tetapi apabila dilakukan secara terpadu dan konsisten bukan tidak mungkin berhasil dengan baik. Sebagai contoh Pemerintah Jepang memerlukan waktu 10 tahun untuk membiasakan masyarakatnya memilah sampah. Dari uraian diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam pemanfaatan pengelolaan sampah kering di Jambangan RT 02 RW 01,  yaitu :
1.2.1.    Bagaimanakah cara masyarakat Jambangan mengatasi penumpukan volume sampah ?
1.2.2. Bagaimanakah peran masyarakat dan lembaga yang berkompeten terhadap  penanggulangan penumpukan sampah di Jambangan ?
1.2.3.     Bagaimanakah model pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang diterapkan di Jambangan RT 02 RW 01 ?
1.2.4.     Bagaimana cara daur ulang sampah masyarakat Jambangan RT 02 RW 01 ?

1.3.     Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1.3.1.  Tujuan Penelitian
Sampah sudah menjadi masalah yang berkepanjangan. Penangangan sampah yang jumlahnya sangat banyak kesanya dilakukan tanpa perencanaan. Terlihat dari penentuan lokasi pembuangan sampah yang tidak memperhatikan dampak jangka panjang. Oleh karena itu, perlu dipikirkan strategi untuk menangani dan mendaur ulang sampah yang ada.sesuai dengan rumusan masalh di atas, maka secara umum tujuan penelitihan ini. Untuk mengetahui perilaku masyarakat rumah tangga terhadap aktivitas pembuangan sampah dan pemanfaatan sampah sebagai nilai ekonomis yang dapat dihasilkan dari daur ulang.

1.3.2.  Manfaat Penelitian
1.3.2.1.    Manfaat Teoritis
Penelitian ini bermanfaat kepada bagi dunia ilmu pengetahuan diantaranya sebagai upaya memperkaya konsep pengelolaan sampah untuk waktu yang akan datang. Khususnya diharapkan dapat dipakai sebagai acuan dalam kebersihan lingkungan, khususnya kota Surabaya. Kebijakan di bidang persampahan dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di masa yang akan datang, khususnya membantu peningkatan perekonomian.
1.3.2.2.   Manfaat Praktis
Ulasan mengenai pemanfaatan sampah yang terdapat di kawasan Jambangan Sawah ditunjukkan untuk pembelajaran dan juga sebagai bahan kajian ilmiah. Selain itu, juga diharapkan agar masyarakat senantiasa menjaga kebersihan lingkungan sekitar dan dapat memanfaatkan sebagai bahan daur ulang yang dapat menambah peningkatan pendapatan.


BAB II
LANDASAN TEORI 

Landasan teori adalah teori-teori yang digunakan untuk membahas penelitian. Teori yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
2.1. Definisi Sampah
Menurut Widyatmoko dan Sintorini (2009: 01) “sampah dan limbah adalah Aktivitas manusia dalam memanfaatkan alam selalu meninggalkan sisa yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi sehingga diperlakukannya sebagai barang buangan”. Istilah buangan, sampah atau limbah memang mempunyai pengertian yang berbeda, namun karena perbedaannya sangat tipis, maka ketiga istilah itu sering dicampur adukkan. Suatu kegiatan manusia yang membuang barang atau sisa-sisa material yang menurutnya sudah tidak layak pakai dan dibuang disebut sampah.
Sampah perkotaan adalah sampah yang timbul di kota dan tidak termasuk sampah berbahaya dan beracun. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sampah adalah limbah padat yang terdiri dari bahan organik dan anorganikyang dipandang oleh pemiliknya sudah tidak berguna dan telah dibuang, sehingga harus dikelola dengan baik agar tidak membahayakan lingkungan.
Pada dasarnya sampah bisa digolongkan menjadi dua, yaitu sampah organic dan sampah anorganik. “Secara sederhana, jenis sampah dapat dibagi berdasarkan sifatnya. Sampah dipilah menjadi sampah organik dan anorganik”,(PS 2008 : 6). Sampah organik adalah sampah yang terdiri dari bahan-bahan organik yang mudah membusuk yang sebagian besar adalah sisa makanan, potongan hewan, sayuran dll. Sampah jenis ini sangat mudah terurai secara alami (degradable). Sementara itu sampah anorganik atau sampah kering adalah sampah yang tidak dapat terurai (undregadable).
Jika diurai lebih rinci, sampah terdiri atas :
2.1.1. Human Erecta
“Human Erecta adalah istilah bagi bahan buangan dikeluarkan oleh tubuh manusia sebagai hasil pencernaan. Tinja (feses) dan air seni (urine) adalah hasilnya”, (PS 2008: 8).Sampah jenis di atas dapat berbahaya bagi kesehatan manusia karena bisa menjadi faktor penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan virus.
“Tingginya harga minyak tanah dan gas elpiji saat ini merangsang sejumlah warga untuk kreatif. Di Jawa Timur warga membuat biogas dari kotoran manusia dimana kualitas api yang dihasilkan tidak kalah dengan gas elpiji”,(www.indosiar.com). Dengan adanya pemanfaatan kotoran manusia tersebut dapat menghemat pengeluaran untuk membeli gas elpiji. Kegiatan ini juga sudah menjadi rutinitas warga, selain mengurangi sanitasi MCK (mandi, cuci dan kakus ).

2.1.2. Sewage
Air limbah buangan rumah tangga maupun pabrik termasuk dalam sewage. Limbah cair rumah tangga umumnya dialirkan ke got tanpa proses penyaringan, seperti sisa air mandi, bekas cucian, dan limbah dapur. Sementara itu, limbah pabrik perlu diolah secara khusus sebelum dilepas kealam bebas agar lebih aman. Namun, tidak jarang limbah berbahaya ini disalurkan ke sungai atau laut tanpa penyaringan.
2.1.3. Refuse
Refuse diartikan sebagai bahan sisa proses industry atau hasil sampingan rumah tangga. Refuse inilah yang popular disebut sampah dalam pengertian masyarakat sehari-hari. Sampah ini dibagi menjadi garbage (sampah lapuk dan rubisish) sampah tidak lapuk. Sampah lapuk adalah sampah sisa-sisa pengolaan rumah tangga (limbah rumah tangga) atau hasil sampingan kegiatan pasar bahan makanan, seperti sayur mayor (PS 2008:8). Sementara itu, sampah tidak lapuk merupakan jenis sampah yang tidak bisa lapuk sama sekali, seperti mika, kaca, plastic. Sampah tidak mudah lapuk merupakan sampah yang sangat sulit terurai, tetapi bisa hancur secara alami dalam jangkau waktu yang lama. Sampah sejenis ada yang dapat terbakar (keras dan kayu) dan tidak terbakar (kaleng dan kawat)
2.1.4. industrial Waste
Industrial waste ini umumnya dihasilkan dalam skala besar dan merupakan bahan-bahan buangan dari sia-sisa bahan industri.                     
2.2. Manfaat Sampah
            Sampah merupakan masalah yang memerlukan perhatian lebih agar bermanfaat bagi lingkungan. Salah satu cara agar sampah dimanfaatkan adalah dengan cara pengolahan sampah yang baru. “Manfaat pengolahan sampah ada dua macam, yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak langsung”, (Kusumastuti, Dian Seri Rezeki, dalam http://eprints.ui.ac.id/7971/, 2011: 1). Manfaat langsung yaitu manfaat yang berhubungan langsung dengan warga sekitar lingkungan, seperti kegiatan keseharian warga. Dan manfaat tidak langsung yaitu manfaat yang berhubungan dengan kondisi lingkungan pengolahan sampah. Kondisi lingkungan tersebut juga berdampak kepada warga sekitar.
2.2.1. Manfaat Langsung
         Dian Seri Rezeki Kusumastuti (2003, dalam http://eprints.ui.ac.id/7971/, 2011: 1) mengutarakan bahwa “manfaat langsung pengolahan sampah terpadu skala kawasan terdiri atas penghasilan dari penjualan kompos dan pemanfaatan daur ulang sampah komersil”. Hasil kompos dan daur ulang sampah tersebut dijual oleh warga sekitar untuk kegiatan rumah tangga dan memperbaiki lingkungan sekitar. Kompos adalah hasil pemanfaatan dari pengolahan sampah.
         Lita Uditomo (2006, dalam hasanpoerbo.blogspot.com: 1) mengatakan bahwa “kompos berguna untuk memperbaiki struktur tanah, zat makanan yang diperlukan tumbuhan akan tersedia. Tanaman yang dipupuk dengan kompos akan tumbuh lebih baik dan tanah menjadi gembur”. Kompos dapat dibuat dari sampah organik sepeti daun, tangkai sayur dan daging. Daur ulang sendiri artinya mengurangi tingkat kebutuhan akan sampah, menggunakan kembali sampah-sampah yang telah ada dan mendaur ulang sampah yang telah terpakai. Sampah yang dapat di daur ulang seperti kertas dan plastik. Kita tidak harus mengubur atau membakar sampah kita.  Jika sampah plastik dikubur, tidak akan terurai selamanya. Dan jika dibakar akan menambah polusi udara. Maka dari itu kegiatan daur ulang perlu digalakkan lebih jauh.
         Rudi Hartono (2008: 3) menyatakan bahwa dari kertas daur ulang kita dapat membuat beraneka ragam kerajinan seperti : buku, komik, pigora, dan lain-lain. Hasil daur ulang itu bisa dijual kembali untuk meningkatkan ekonomi warga sekitar lingkungan.
2.2.2. Manfaat Tidak Langsung
         Selain manfaat langsung pengolahan sampah juga memiliki manfaat tidak langsung. Dian Seri Rezeki Kusumastuti (2003, dalam http://eprints.ui.ac.id/7971/, 2011: 1) menyatakan bahwa “manfaat tak langsung (lingkungan) adalah nilai kualitas lingkungan yang dihasilkan dengan adanya usaha tersebut. Lingkungan tempat pengolahan sampah akan jauh lebih sehat, indah, dan terhindar dari sumber penyakit”. Lingkungan tersebut cocok sekali untuk menanam tanaman produktif seperti tanaman mangga, pisang, cabai, dan lain-lain. Nantinya tanaman-tanaman itu akan menghasilkan buah yang dapat dinikmati warga di lingkungan sekitar.
2.3. Pengelolaan Sampah
Pengolahan sampah dimulai dengan cara sebagai berikut :
2.3.1.      Pemilahan Sampah
“Membuang bermacam-macam jenis sampah kedalam satu wadah sangat tidak bijaksana karena akan menyulitkan pemilahan sampah berharga yang masih dapat digunakan lagi. Maka sebaiknya sampah dimasukkan dalam wadah yang berbeda sesuai dengan jenisnya”, (Widyatmoko dan Sintorini, 2002:32-33) Untuk itu pengelola harus menyediakan wadah bagi setiap jenis sampah misalnya sampah organik, sampah anorganik, dan sampah berbahaya. Wadah yang telah penuh kemudian diangkut ke pusat penampungan sementara untuk dikelola lebih lanjut
Pemilahan sampah mempunyai dua tujuan, pertama untuk mendapatkan bahan mentah yang berkualitas tinggi. Kedua untuk mendapatkan bahan mentah sekunder dengan kandungan energi yang tinggi melalui pemilihan. Bahan mentah sekunder ini kemudian digunakan sebagai bahan bakar untuk memperoleh energi.
2.3.2.  Pengolahan Sampah
“Daur ulang atau recycling adalah mengembalikan suatu produk atau sisa dari suatu proses produksi ke dalam siklus produksi”, (Widyatmoko dan Sintorini, 2002:38). Produksi sampah banyak dihasilkan dari kegiatan masyarakat. Sampah masyarakat yang dihasilkan berupa sampah organik, sampah anorganik, dan sampah berbahaya. Saat ini lahan pembuangan sampah semakin sempit karena banyaknya sampah yang menumpuk. Penumpukan sampah terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat untuk memilah sampah. Proses pemilahan sampah atau daur ulang belum banyak terjadi di lingkungan masyarakat. Kegiatan ini sangat membutuhkan partisipasi masyarakat karena masyarakat berperan penting terhadap lingkungan. Konsep pengelolaan sampah yang dilakukan masyarakat adalah konsep zero waste.
Konsep zero waste (Bebassari dalam Yunarti 2004:43) “merupakan konsep pengelolaan sampah secara terpadu yang meliputi proses pengurangan volume timbulan sampah”, (Bebassari dalam Yunarti 2004:43). Prinsip pengolahan sampah zero waste ini adalah, sampah yang dikumpulkan dari warga langsung dipilah-pilah berdasarkan bahan. Langkah pertama pemilihan sampah adalah pemilahan atau sortasi sampah. Sebelum memilah sampah, kita harus mengenali jenis-jenis sampah yang ada di rumah terlebih dahulu. Secara umum jenis sampah rumah tangga terdiri dari sampah organik, anorganik, dan sampah berbahaya. Di lokasi pengolahan, sampah organik diolah menjadi kompos, kemudian sampah anorganik diolah, baik menjadi produk jadi (kertas daur ulang), produk setengah jadi (untuk plastik) atau hanya di packing untuk kemudian dijual (logam, gelas, kardus).
“Pengolahan sampah sistem zero waste dapat dilakukan hanya dengan menggunakan alat-alat sederhana agar mudah dioperasikan awam”, (Herudadi 2001:3). Misalnya dengan menggunakan komposter sederhana untuk pengelolaan sampah organik. Komposter sederhana ini memudahkan warga, terutama para ibu karena proses pengadukan komposter sampah tanpa harus meibatkan bau sampah dan binatang seperti belatung dan kecoa. Penerapan konsep Zero Waste ini banyak dikenal idustri kecil daur ulang ( IKDU ) yaitu konsep pengelolaan sampah yang menitikberatkan pada minimalisasi sampah rumah tangga.
 Sistem yang dikembangkan IKDU di masyarakat yaitu dengan cara mengembangkan IKDU dalam jumlah banyak dengan memperhitungkan berbagai konsep usaha. Gagasan tersebut diharapkan dapat mengurangi sampah secara bertahap dan dapat dijadikan peluang usaha bagi masyarakat. Untuk mendukung proses pengolahan sampah oleh IKDU perlu ditambahkan teknologi sederhana atau mesin yang sesuai dengan jenis sampah yang diolah. Saat ini telah banyak teknologi atau mesin-mesin yang dapat digunakan untuk pendaurulangan sampah, baik teknologi tepat guna maupun teknologi canggih. Di Indonesia sendiri teknologi daur ulang sampah telah banyak dikembangkan baik oleh lembaga-lembaga penelitian teknologi seperti BPPT, perguruan tinggi, maupun oleh individu-individu. Pengelola IKDU bisa individu-individu atau perusahaan swasta, namun bisa juga wadah IKDU tersebut berupa Koperasi Warga (Kopaga).
“Kopaga adalah koperasi yang dibentuk oleh warga setempat yang sampahnya akan ditangani. Pengelolaan dan pengolahan sampah dilakukan oleh koperasi yang dibentuk warga setempat karena untuk mengatasi sampah yang semakin kompleks perlu melibatkan sebanyak mungkin masyarakat”,(Bambang 2008 : 22). Walau demikian, masyarakat akan tertarik melakukan aktivitas tersebut apabila memang memberikan keuntungan (profit). Untuk itulah, IKDU harus dirancang sedemikian rupa sehingga memberikan keuntungan bagi pihak pengelolanya (dalam hal ini Kopaga). Pendapatan Kopaga sebagai pengelola IKDU diperoleh dari hasil penjualan materi daur ulang yang diolah. Apabila IKDU tersebut tidak hanya mengolah, tetapi mengelola sampah dalam kawasan maka pendapatan tidak hanya dari hasil penjualan, tetapi juga dari retribusi sampah yang dipungut dari masyarakat yang sampahnya dikelola oleh IKDU tersebut. Keberhasilan penerapan IKDU tersebut akan bergantung pada banyak faktor, baik menyangkut wilayah atau kawasan yang layak dikelola IKDU, sumber keuangan, serta berbagai hal yang memiliki kaitan baik langsung maupun tidak langsung.
2.4. Peningkatan Ekonomi
            Sampah yang diolah atau di daur ulang dapat menjadi satu di antara sumber pendapatan. “Pada saat sekarang ini permasalahan sampah selalu menjadi “momok” hampir di seluruh kota yang ada di Indonesia. Hal ini dikarenakan secara infrastruktur dan manajemen, sampah belum ditangani sesuai dengan konsep dari pembangunan yang berkelanjutan”,(Rahmaddin, 2010:1). Permasalahan sampah kota membuat lingkungan menjadi kumuh. Lingkungan kumuh dapat menyebabkan masyarakat mudah terserang wabah penyakit. Hingga sekarang pemerintah belum sepenuhnya menangani permasalahan sampah dengan baik.  Permasalahan sampah yang volumenya menumpuk setiap tahunnya disebabkan  oleh pertmbahan penduduk yang pesat. Jumlah penduduk yang pesat dapat mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Volume sampah banyak diproduksi dari kegiatan masyarakat. Pola konsumsi masyarakat memberikan kontribusi negativ yang berdampak terhadap kesemrautan permasalahan sampah.
Permasalahan sampah akan teratasi jika partisipasi masyarakat lebih peka terhadap pengelohan sampah. “pengolahan sampah anorganik, dapat memanfaatkan sampah yang tidak berguna menjadi berguna dan benilai ekonomi tinggi, sehingga dapat meningkatkan ekonomi keluarga (Indrawadi 2010:1). Dengan adanya pengolahan sampah di tingkat keluarga, akan membantu mengurangi kejenuhan dirumah dengan mengunakan waktu luang mereka untuk mengelola daur ulang sampah. Selain itu untuk keluarga yang menganggur akan mendapat pekerjaan yang menghasilkan uang yaitu dari pengolahan sampah. Hasil dari olahan sampah bisa dijual dengan harga yang relative sesuai dengan tingkat kerumitannya. Penjualan dari hasil pengolahan sampah dapat meningkatkan penghasilan.
            Pengolahan sampah selain dapat meningkatkan penghasilan juga membantu pelestarian lingkungan. Indrawadi (2010:1) “mengungkapkan bahwa kelestarian lingkugan dapat menunjang pembangunan yang berwawasan lingkungan”. Lingkungan yang bersih akan menjadikan pikiran-pikiran masyarakat lebih tenang. Selain berpengaruh terhadap psikis, masyarakat juga memperoleh banyak dampak positifnya terutama terhadap kesehatan mereka.
“Pengelolaan sampah yang baik, akan memberikan manfaat kesehatan dan ekologi, di samping juga manfaat ekonomi”,(Indrawadi, 2010:1). Pengolahan sampah yang diterapkan warga Jambangan merupakan ide yang baik untuk membuat kota Surabaya menjadi bersih khususnya Jambangan RT 02, RW 01. Adanya bantuan pelatihan membantu warga jambangan untuk mensukseskan pengolahan sampah, menghasilkan karya-karya yang bernilai ekonomi dan kreativ. Melalui pelatihan tersebut, warga dapat meningkatkan kerja dalam pengolaan sampah rumah tangga. Selain itu, pelatihan juga dapat mengubah tindakan dan persepsi tentang sampah yang tidak berguna. Pelatihan diadakan di Jambangan RT 02 RW 01 telah bekerja sama dengan pihak unilever.
Pihak kelurahan maupun tim dari unilever berharap, peserta pelatihan mampu meningkatkan kemampuannya dalam mengolah limbah rumah tangga untuk menjadi produk yang bernilai jual tinggi. Dengan demikian, dapat menciptakan lingkungan yang bersih, aman, lestari, dan indah. Ilmu-ilmu yang sudah dikembangankan ibu-ibu warga Jambangan RT 02, RW 01 telah mendapat banyak manfaat. Manfaat utamanya yaitu peningkatan ekonomi warga yang mencapai juta-an rupiah.
Peningkatan ekonomi warga didapatkan dari pemilahan sampah kering dan basah. Maka dari pemilahan sampah yang sudah didaur ulang, siap untuk dijual. Frekuensi penjualan/pengambilan sampah tidak tentu, sesuai dengan kesiapan barang yang terkumpul. Sekali transaksi rata-rata senilai antara 1 sampai dengan 5 juta rupiah. Seperti tabel penjualan berikut ini :
No
JENIS BARANG LAPAK
HARGA/KG
1
Gelas Aqua
1600
2
Kaleng Oli
1500
3
Ember biasa
1100
4
Botol Aqua
1500
5
Kardus
1500
6
Kertas putih
3000
7
Koran
2000
8
Besi pipa
2000
9
Besi super
1000
10
Alumunium
6000
                                    Tabel 2.4.1. daftar harga penjualan barang bekas
Sedangkan, karya dari ibu-ibu Jambangan RT 02, RW 01 dijual cukup mahal. Mahalnya barang-barang yang dijual sesuai dengan permintaan dari pembeli yang tertarik. Maka, setiap harinya ibu-ibu membuat karya sesuai permintaan. Semakin banyak menghasilkan karya, uang yang didapat juga semakin banyak. Sehingga orang dapat mengantongi uang hingga 1 juta rupiah/bulan, dihitung dari 1 karya yang berhasil diselesaikan. Hasil karya itu dijual untuk membayar ibu-ibu yang membuat dan kerajinan itu disimpanan untuk uang kas. Hal ini dapat di lihat dalam tabel berikut berikut :
JENIS BARANG
HARGA JUAL
KEUNTUNGAN
UPAH PEMBUATAN
Taplak
Rp.  25.000
Rp.15.000
Rp. 5.000
Tas belanja
Rp. 35.000
Rp. 20.000
Rp. 10.000
Tas ransel
Rp. 35.000
Rp. 20.000
Rp. 10.000
Payung
Rp. 55.000
Rp. 30.000
Rp. 15.000
Bunga
Rp. 25.000
Rp. 10.000
Rp. 5000
Kotak Pensil
Rp. 15.000
Rp. 12.000
Rp. 5.000
Kotak Make Up
Rp. 20.000
Rp. 15.000
Rp. 10.000
                                   Tabel 2.4.2. daftar harga barang dan ongkos pembuatan
Sedangkan sampah basah hanya dijadikan pupuk Karena proses pembuatan kompos cukup lama hingga tiga bulan. Sedangkan tidak semua warga menjual pupuk digaleri cukup dipakai sendiri untuk tanaman. Maka dari itu penjualan pupuk sangat terbatas.
Semua sampah mempunyai nilai ekonomis dijual, sedangkan sampah yang tidak laku dijual seperti kertas alas makan dan bungkus makanan kemasan yang tidak dapat didaur ulang, tidak laku dijual. Sampah tersebut akan mengalami pembakaran menggunakan incinerator sederhana buatan sendiri. Pembakaran dilakukan setiap tiga hari sekali dengan volume sekitar 1 m3 setiap sekali pembakaran (Bambang Riyanto, 2008:60)
Saat ini  masalah sampah yang ada di Surabaya sudah menjadi uang, khususnya wilayah Jambangan RT 02, RW 01. Peningkatan secara menonjol sudah dirasakan warga Jambangan RT 02, RW 01 dari pemanfaatan sampah. Tidak akan ada lagi masalah sampah jika seluruh warga ikut berpatisipasi dan adanya kegiatan membuat jalinan sosial lebih erat, selain jalinan sosial dapat meningkatkan ekonomi dalam keluarga.



BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini akan dipaparkan cara penelitian yang meliputi : pendekatan penelitian, objek penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data.
3.1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian yang berjudul Pemanfaatan Sampah Masyarakat Jambangan Sawah sebagai Upaya Peningkatan Ekonomi Masyarakat Jambangan Sawah adalah pendekatan kualitatif. “Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya”, (Kirk dan Miler 1986 : 6).
Ciri-ciri penelitian kualitatif menurut Lincoln dan Guba ( 1986:30-44 ) adalah sebagai berikut : (1) Latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan. (2) Manusia sebagai alat atau instrument. (3) Metode kualitatif. (4) Analisis data secara induktif. (5) Teori dari dasar. (6) Deskriptif. (7) Lebih mementingkan proses daripada hasil. (8) Adanaya batas yang ditentukan oleh focus. (9) Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data. (10) Desain yang bersifat sementara. (11) Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama. Oleh karena itu peneliti memilih pendekatan kualitatif untuk meneliti Pemanfaatan Sampah Masyarakat Jambangan Sawah sebagai Upaya Peningkatan Ekonomi Masyarakat Jambangan Sawah dengan pertimbangan sebagai berikut : (1) Pendeskripsian Pemanfaatan Sampah Masyarakat Jambangan Sawah Sebagai Upaya Peningkatan Ekonomi Masyarakat Jambangan Sawah menggunakan latar alamiah berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti. (2) Peneliti (instrumen) atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama. (3) Penelitian menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen. (4) Analisis data yang digunakan adalah analisis induktif karena beberapa alasan. Satu di antaranya adalah proses induktif dapat menemukan kenyataan-kenyataan jamak sebagai yang terdapat dalam data. (5) Penelitian kualitatif lebih menghendaki arah bimbingan dalam penyusunan teori substansif yang berasal dari data. (6) Data yang dikumpulkan berupa kata-kata sebagai hasil jawaban wawancara dan gambar atau foto kegiatan. (7) Penelitian kualitataif lebih mementingkan segi proses daripada hasil. Hal ini disebabkan oleh hubungan bagian-bagian yang diteliti lebih jelas apabila diamati dalam proses. (8) Penelitian dibatasi oleh hal yang mencakup cara masyarakat Jambangan Sawah mengatasi penumpukan volume sampah, peran masyarakat dan lembaga terhadap penanggulangan penumpukan sampah di Jambangan, model pengelolaan sampah berbasis masyarakat Jambangan RT 02 RW 01, daur ulang sampah masyarakat Jambangan RT 02 RW 01. (9) Penelitian kualitatif mendefenisikan validitas, reliabilitas, dan objektivitas dalam versi lain dengan yang lazim digunakan dalam penelitian klasik. Untuk itu data yang dikumpulkan adalah data yang berasal dari sumber terpercaya yaiu pemimpin kegiatan dan masyarakat Jambangan yang terlibat secara langsung. Begitu juga dengan pembahasan data, pembahasan data dilakukan secara objektif dan apa adanya. (10) Penelitian yang dibuat peneliti bersifat sementara. Desain dapat berubah sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan. (11) Hasil peneitian merupakan intepretasi penulis yang sudah di konfimasikan pada objek penelitian atau sumber data.
3.2. Objek Penelitian
      Objek penelitian ini adalah Pemanfaatan Sampah Masyarakat Jambangan Sawah yang diadakan di desa Jambangan Sawah RT 02 RW 01, Surabaya. Penelitian dimulai dari pengolahan sampah yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 9 April 2011 pukul 10.00 WIB. Dalam pelaksanaanya pengolahan sampah di desa Jambangan RT 02 RW 01 dibedakan menjadi dua yaitu, pengolahan sampah organik dan sampah anorganik.
      Penelitian Pemanfaatan Sampah Masyarakat Jambangan Sawah RT 02 RW 01 ditekankan pada proses pengolahan sampah sebagai upaya peningkatan ekonomi masyarakat Jambangan Sawah. Jenis-jenis sampah yang dapat dimanfaatkan adalah sampah …………….
3.3. Teknik Pengumpulan Data
      Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian pemanfaatan Sampah Masyarakat Jambangan Sawah Sebagai Upaya Peningkatan Ekonomi Masyarakat Jambangan Sawah meliputi tehnik studi teks ( studi pustaka ) dan tehnik wawancara. Tehnik studi pustaka adalah pemanfaatan setiap buku-buku yang berhubungan dengan penelitian. Teknik penelitian ini digunkan dalam mengkaji masalah-masalah persampahan yang ada di Indonesia yang khususnya sudah dikelola di kawasan Jambangan RT 02 RW 01.
      Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. “Pecakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu”,(Licoln dan Guba 1985 : 266). Berdasarkan sifatnya wawanacara dapat dibedakan menjadi dua yaitu wawancara langsung dan wawancara tidak langsung. “Wawancara langsung adalah wawancara yang dilakukan dengan seseorang untuk memperoleh keterangan orang tersebut”,(www.wimamadium.com). Objek wawancara ini adalah individu yang mengalami satu peristiwa di tempat kejadian atau orang tertentu yang mempunyai kaitan dengan peristiwa itu. Wawancara langsung bersifat informative dan hanya mengungkapkan fakta. “Wawancara tidak langsung yaitu wawancara yang dilakukan dengan seseorang untuk memperoleh keterangan mengenai orang lain”,(www.wimamadiun.com). Wawancara tidak langsung biasanya dilaksanakan di studio televisi yang berlangsung. Tujuan adanya wawancara tak langsung satu di antaranya adalah untuk mengorek pendapat pakar atau orang awam terhadap satu peristiwa sehingga membentuk pendapat umum. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara langsung. Peneliti langsung mewawancara narasumber yang berkaitan di antaranya ibu …….  ,……….,    
3.4. Analisis Data
                  Analisis  data yang digunakan dalam penelitian Pemanfaatan Sampah Masyarakat Jambangan Sawah sebagai Upaya Peningkatan Ekonomi Masyarakat Jambangan Sawah melalui analisis kualitaif dan deskriptif. “Analisis kualitatif adalah analisis yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan diakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada”,(Denzin dan Lincoln 1987:5). Latar alamiah yang dimaksudkan adalah hasil yang dapat digunakan untuk menafsirkan fenomena dengan cara wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen. Data yang diperoleh dari wawancara dan pengamatan dapat dikumpulkan menjadi satu dengan menggunakan analisis deskriptif. “Analisis deskriptif adalah data yang dikupulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka”,(…………)Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut.
3.5. Sistem Penyajian
Sistematika penyajian ini terdiri dari lima bab, masing-masing bab terdiri atas subbab dan subsubbab sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
 Bab pendahuluan ini membahas tentang latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan dan manfaat 
 penelitian.
Bab II Landasan Teori
 Bab ini berisikan teori-teori yang berkaitan dengan pembahasan penelitian. Penelitian yang dibahas
adalah definisi sampah, manfaat sampah, pengolahan sampah, dan penigkatan ekonomi.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini berisikan cara-cara memperoleh data secara alami. Data yang diteliti adalah pendekatan penelitian, objek penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, dan sistem penyajian.
Bab IV Pembahasan
Bab ini berisikan penjelasan rumusan masalah tentang pemanfaatan sampah. Penjelasan yang dibahas adalah peran masyarakat dan lembaga yang berkompeten, model pengelolaan sampah, cara mendaur ulang sampah.
Bab V Kesimpulan dan Saran
Bab ini menjelaskan kesimpulan tentang penelitian Pemanfaatan Sampah organik dan anorganik yang diolah masyarakat Jambangan Sawah sebagai upaya peningkatan ekonomi masyarakat jambangan Sawah. Saran yang diberikan dalam hal ini bersifat saran yang membangun supaya penelitian yang akan datang menjadi lebih baik.














BAB IV
PEMBAHASAN

          Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri (dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi.
Dari jumlah sampah yang telah dikomsumsi peneliti akan membahas jenis-jenis sampah, sampah kering, sampah basa, cara mengatasi penumpukan volume sampah yang ada di jambangan, daur ulang sampah yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat, aspek teknis, aspek peran serta masyarakat, aspek kelembagaan, strategi dalam pelaksanaan pengelolaan sampah berbasis Masyarakat Jambangan RT 02 , RW 01 Surabaya, dan model pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang tepat.
4.1. Cara Masyarakat Jambangan Sawah Mengatasi Penumpukan Volume Sampah
          Tingginya volume sampah yang dihasilkan baik oleh industri maupun masyarakat merupakan
permasalahan umum yang dijumpai di hampir semua kota, terutama di kota-kota besar seperti Surabaya.
Disamping dipengaruhi oleh daya beli masyarakat, permasalahan tingginya volume sampah juga dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan penduduk. Permasalahan ini semakin dipersulit dengan terbatasnya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang tersedia. Untuk itu diperlukan suatu alternatif pengelolaan sampah yang dapat menurunkan tingkat penumpukan sampah di TPA.
Kebutuhan akan lokasi pembuangan sampah terakhir kini menjadi persoalan serius di kota-kota besar. Pada saat ini sebagian lokasi pembuangan sampah terakhir dilakukan di suatu tempat dengan cara membuang begitu saja, tanpa membuat pengolahan apapun. Sampah ditimbun begitu saja yang kadang-kadang di timbun lagi dengan tanah. Setelah lokasi penuh, tempat tersebut akan ditinggalkan dan mencari lokasi baru. Cara ini menjadi tidak sehat dan menimbulkan polusi. Pembuangan sampah secara terbuka akan menimbulkan bau yang tidak sedap, mengundang lalat, penyebaran bakteri dan menimbulkan bibit-bibit penyakit lainnya.
Sampah memang bukan perkara yang mudah. Tidak hanya diperkotaan padat penduduk, pedesaan, atau lokasi lain pun tidak terlepas dari persoalan ini. Sumber permasalahan sampah selalu hadir, baik di tempat pembuangan sementara (TPS), tempat pembuangan akhir (TPA), maupun saat-saat pendistribusiannya. Berikut beberapa faktor penyebab penumpukan sampah:
4.1.1. Volume sampah sangat besar dan tidak diimbangi oleh daya tampung TPA, sehingga melebihi kapasitasnya.
4.1.2.  Lahan TPA semakin menyempit akibat tergusur untuk penggunaan lain.
4.1.3. Jarak TPA dengan pusat sampah relatif jauh hingga waktu untuk mengangkut sampah kurang efektif.
4.1.4. Fasilitas pengangkutan sampah terbatas dan tidak mampu mengangkut seluruh sampah. Sisa sampah di TPS berpotensi menjadi tumpukan sampah.
4.1.5. Teknologi pengolahan sampah tidak optimal sehingga lambat membusuk.
4.1.6. Sampah yang telah matang dan berubah menjadi kompos tidak segera dikeluarkan  dari tempat penampungan sehingga semakin menggunung.
4.1.7. Tidak semua lingkungan memiliki lokasi penampungan sampah. Masyarakat sering membuang sampah di sembarang tempat sebagai jalan pintas.
4.1.8. Kurangnya sosialisasi dan dukungan pemerintah mengenai pengolaan dan pengolahan sampah serta produknya.
4.1.9. Minimnya edukasi dan manajemen diri yang baik mengenai pengolahan sampah secara tepat.
4.1.10. Manajemen sampah tidak efektif. Hal ini dapat menimbulkan kesalahpahaman, terutama bagi masyarakat sekitar.
Faktor-faktor diatas haus segera diatasi sebelum semakin banyak masalah yang akan merugikan manusia. Menurut ibu Yunus permasalah sampah adalah masalah yang rumit dan penyelesaiannya kembali pada masyarakat sebagai penghasil sampah. Menurutnya Partisipasi masyarakat sangat penting untuk pengelolaan sampah supaya berjalan dengan optimal. Kini masyarakat jambngan RT 02 RW 01 sudah menemukan solusi untuk mengatasi penumpukan volume sampah. Masyarakat Jambangan RT 02 RW 01 sadar bahwa sampah yang menumpuk akan merugikan manusia, Masyarakat Jambangan mengatasi penumpukan volume sampah dengan cara sebagai berikut: Tidak membuang sampah sembarangan di jalan atau di sungai, agar kota kita bersih dan terhindar dari banjir. Untuk itu, diperlukan suatu alternatif pengolahan sampah yang dapat menurunkan volume penumpukan sampah di TPA. Sampah organik dijadikan pupuk, sedangkan sampah anorganik di daur ulang dan dibakar. Pemilahan dan pengolahan sampah yang dilakukan oleh masyarakat Jambangan sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat sekaligus menghasilkan aneka produk daur ulang dari sampah. Proses awal untuk mengurangi penumpukan volume sampah masyarakat dilakukan dengan cara pemilahan sampah. Pemilihan sampah lebih jelasnya dilihat pada gambar :


 




                        Gambar 0.1 pemilahan sampah
Kunci keberhasilan program kebersihan dan pengelolaan sampah terletak pada pemilahan. Tanpa pemilahan, pengolahan sampah menjadi sulit, mahal dan beresiko tinggi mencemari lingkungan dan membayahakan kesehatan. Pemilahan adalah memisahkan antara jenis sampah yang satu dengan jenis yang lainnya. Minimal pemilahan menjadi dua jenis: sampah organik dan non organik. Sebab sampah organik yang menginap satu hari saja sudah dapat menimbulkan bau, namun tidak demikian halnya dengan sampah non organik.
Berbagai bentuk dan bahan wadah pemilahan dapat digunakan. Setiap pilihan memiliki kelebihan dan kekurangan. Prinsipnya: disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan kemampuan masyarakat yang akan memilah. Umumnya pemilahan di lokasi yang telah melakukan program pengelolaan sampah adalah sebagai berikut:







gambar : Diagram pewadahan sampah untuk mempermudah pemilahan.
Pemilahan sampah non organik yang dapat didaur ulang kemudian di tindak lanjuti untuk dijual agar dapat mendatangkan keuntungan ekonomi.

Setelah pemilahan sampah selesai dilanjutkan pada pola pengolahan. Pola pengolahan sampah adalah upaya yang sangat penting untuk mengurangi volume sampah dan mengubah sampah menjadi material yang tidak berbahaya. Pengolahan dapat dilakukan di sumber, di TPS, maupun di TPA. Prinsipnya adalah dilakukan setelah pemilahan sampah dan sebelum penimbunan akhir, sehingga sering juga disebut pengolahan antara. Pengolahan antara terdiri dari pencacahan, pemedatan dan pengomposan. Keterlibatan dan kerjasama pihak terkait dalam pola pengolaan sampah sangat diperlukan. Di Indonesia, sebenarnya pola ini mengikut sertakan peran institusi formal, warga pemukiman, dan sector informal. Pengumpulan sampah sementara, transportasi, dan pembuangan akhir sampah didominasi oleh institusi formal, yaitu pemerintah. Peran warga pada titik pengumpulan sampah, sedangkan sector informal, seperti pemulung dan pengepul lainnya bergerak dalam pengumpulan dan perdagangan sampah layak jual. Di beberapa lokasi, ada warga pemukiman yang mulai mengolah sampah secara terpadu. Namun, jumlahnya masih sangat sedikit dan kurang berpengaruh  secara keseluruhan.
4.2. Peran masyarakat dan lembaga Kompeten Terhadap Penanggulangan Penumpukan Sampah di Jambangan
Strategi peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat yang direkomendasikan adalah:
4.2.1. Peningkatan peran serta masyarakat dengan mengadakan kegiatan yang membuat
masyarakat ikut serta dalam kegiatan pengolahan sampah, antara lain :
4.2.1.1.Mengadakan kegiatan sosialisasi dan workshop bidang persampahan dengan mengundang pakar kreatifitas ahli sampah. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui forum pertemuan seperti forum PKK, Karang Taruna dan Rapat RT/RW, forum pengajian dan segmen anak-anak pada forum sekolah yang pelaksanaannya dilakukan rutin setiap bulan.
 4.2.1.2.Memberikan hasil penjualan pengolahan sampah untuk kepentingan masyarakat misalnya dengan memberikan pengobatan gratis kepada masyarakat, memberikan voucher untuk belanja, membangun taman untuk lansia dan anakanak, membangun perpustakaan untuk anak-anak dan lain-lain.
4.2.2. Dengan adanya potensi sampah rumah tangga yang bernilai ekonomis, maka perlu adanya peningkatan dukungan pemerintah dan swasta dalam pemasaran hasil daur ulang, diantaranya adalah :
4.2.2.1. Bekerja sama dengan Dinas Pertanian untuk meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat yang bergerak dalam bidang pertanian tentang manfaat dan keunggulan kompos.
4.2.2.2. Bekerja sama dengan pengusaha tanaman hias yang ada di Kota Surabaya untuk menggunakan hasil pengomposan.
4.2.2.3. Bekerjasama dengan produsen untuk membeli sampah-sampah yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan di sektor industri. Mengingat Kota Surabaya ini mempunyai kawasan industri yang bernama SIER yang mempunyai potensi dalam penggunaan sampah yang dapat di daur ulang.
4.2.2.4. Mengadakan kerjasama dengan pihak swasta yang bergerak dibidang daur ulang
sampah seperti pengepul, bandar lapak, 1supplier dan pabrik untuk mendapatkan harga pasar yang wajar terhadap produk sampah kering yang menjadi bahan daur ulang
4.2.3. Mengadakan pertemuan tiap bulan di kelurahan masing-masing untuk membahas tentang perkembangan pelaksanaan pengelolaan sampah serta mencari solusi untu menangani permasalahan-permasalahan yang timbul.
4.2.4. Mengadakan lomba-lomba di bidang pengelolaan sampah rumah tangga seperti lomba kebersihan antar RT/RW, lomba memilah sampah, lomba antar kader lingkungan dan lain-lain.
Kegiatan pemilahan dan daur ulang smpah yang telah ada di Jambangan RT 02 RW 01 Surabaya dirintis pada skala RT/RW, organisasi pengolahan sampah berbasis masyarakat di lokasi percontohan mempunyai bentuk struktur organisasi yang dapat dilihat pada gambar di bawah :

4.2.4. Struktur Organisasi Pengolaan Sampah Berbasis Masyarakat di Lokasi
         Jambangan RT 02 RW 01.
Dalam hal ini, penyelesaian masalah sampah membutuhkan adanya kerja sama yang baik antara semua pihak yang terkait. Paradigma pengelolaan sampah juga harus didasarkan pada konsep pengelolaan sampah yang mendukung prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Dalam hal ini, pemerintah sebagai regulator harus bisa memayungi permasalahan sampah dengan baik dan benar. Peran masyarakat di kota-kota besar umumnya masih rendah. Program yang di berikan oleh pemerintah belum berjalan lancar karena masyarakat kurang peka terhadap lingkungan. Persepsi masyarakat terhadap estetika lingkungan merupakan langka awal partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah. Saat ini masyarakat Jambangan Sawah sudah memprogramkan pengelolaan sampah yang bernilai jual. Peran serta masyarakat Jambangan Sawah dalam skala kawasan cukup baik, sebagai best practice yang dilakukan oleh RT 02 RW 01 Jambangan Sawah. Wilayah ini telah melakukan pengelolaan sampah mandiri sejak enam tahun yang lalu. Dalam melakukan pengelolaan sampah masyarakat RT 02 RW 01 Jambangan Sawah menggunakan teknologi sederhana yang murah dan mudah. Selain peran masyarakat Jambangan Sawah, pengelolaan sampah juga dibantu lembaga yang berkompeten. Lembaga tersebut membantu memberikan sosialisasi tentang pengolahan sampah anorganik.
4.3. Model Penerapan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat di Jambangan Sawah RT 02 RW 01
Kegiatan pengurangan sampah yang dibuang dari sumber dimulai dengan kegiatan pemilahan sampah. Pemilahan sampah dimaksudkan untuk menghindari turunnya nilai barang yang masih dapat dimanfaatkan dan memperkecil jumlah dan komposisi sampah. Meskipun kegiatan pemilahan ini tidak secara langsung mengurangi timbulan sampah, namun dapat membantu proses pengurangan sampah pada pengolahan sampah selanjutnya. Kegiatan pemilahan sampah pada skala rumah tangga ini sangat mudah untuk dilakukan oleh ibu rumah tangga dan pembantu rumah tangga yang berperan dalam pelaku kebersihan di setiap rumah tangga. Hanya saja perlu sikap disiplin dan kemauan yang kuat sebagai kunci keberhasilan dari pemilahan sampah tersebut sehingga sampah yang dibuang ke lingkungan menjadi berkurang. Disisi lain sampah masih mempunyai nilai jual untuk menghasilkan uang dan mempunyai manfaat lain dengan memanfaatkan sampah yang mudah membusuk menjadi kompos.
Langkah Penerapan Strategi Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berbasis Masyarakat :
4.3.1.      Menerapkan kegiatan pengolahan sampah di Jambangan Sawah berdasarkan pada timbulan sampah rumah tangga di Jambangan Sawah RT 02 RW 01 cukup tinggi
4.3.2. Mengadakan sosialisasi dan workshop serta memberikan hasil penjualan pengolahan sampah untuk kepentingan masyarakat misalnya memberikan pengobatan gratis kepada masyarakat, memberikan voucher untuk belanja, membangun taman untuk lansia dan anak-anak, dll.
4.3.3. Masyarakat dapat menyediakan komposter secara swadaya dengan cara mengadakan arisan komposter
4.3.4.      Memanfaatkan kompos untuk budidaya tanaman pangan,toga dan hias sehingga hasilnya dapat dirasakan sendiri oleh pemilik.
4.3.5.      Melakukan monev dengan pertemuan tiap bulan dan lomba-lomba seperti lomba kebersihan antar RT/RW, lomba memilah sampah, lomba antar kader lingkungan dan lain-lain
4.3.6.      Memperbaiki kekurangan yang timbul dalam struktur organisasi pengelola sampah rumah tangga berbasis masyarakat.

Gambar 4.
Berdasarkan hasil kuisioner dan wawancara secara langsung ke masyarakat, model pengolahan sampah rumah tangga yang tepat untuk diterapkan adalah pengomposan dengan menggunakan Takakura dan sejenisnya, pemilahan sampah kering dan pemanfaatan kembali sampah yang masih bisa digunakan serta pembuatan kerajinan tangan. Pengomposan dengan Takakura atau sejenisnya seperti komposter dari tong/drum bekas cat ini dipilih karena lebih mudah dalam pelaksanaannya. Model pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat dapat dilihat dalam gambar 4.3.1.


 


. Model Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berbasis Masyarakat di Jambangan
                      RT 02 RW 01 Surabaya
4.4. Cara Daur Ulang Sampah Jambangan Sawah RT 02 RW 01
Dari hasil pengolahan sampah, juga dihasilkan plastik dengan berbagai jenis. Ada 6 jenis plastik yang sangat laku di pasaran meliputi HD,PE, HDPE, PP dan beberapa jenis lainnya. Plastik-plastik tersebut jika dilakukan pengolahan yang meliputi sortir berdasarkan jenisnya lalu kemudian berdasarkan warnanya maka sudah ada penampungnya. Tetapi jika diolah hingga lebih lanjut, maka harga jual dari produk daur ulang tersebut menjadi lebih tinggi. Daur ulang adalah penggunaan kembali material atau barang yang sudah tidak digunakan untuk menjadi produk lain. Daur ulang berfungsi untuk mengurangi jumlah sampah yang harus dibuang ke tempat pembuangan air (TPA). Saat ini di kota-kota besar sudah banyak yang menggunakan metode daur ulang. Di kota besar seperti Surabaya sudah menerapkan kegiatan dari kampung ke kampung. Di kampung Jambangan RT 02 RW 01 menerapkan langkah-langkah untuk daur ulang sebagai berikut :
4.4.1. Pemisahan, pisahkan barang-barang atau material yang dapat didaur ulang dengan sampah yang harus dibuang ke pembuangan sampah. Pastikan material tersebut kosong dan akan lebih baik jika dalam keadaan bersih. Pemisahan yang paling baik dilakukan mulai dari sumbernya, yaitu dari rumah tangga. Semua anggota keluarga wajib dalam proses pemisahan ini.
4.4.2. Penyimpanan, simpan barang atau material kering yang sudah dipisahkan tadi ke dalam boks atau kotak tertutup tergantung jenis barangnya, misalnya bok untuk kertas bekas, botol bekas, dll. Jika akan membuat kompos, tumpuk sampah rumah tangga pada lokasi pembuatan kompos.
4.4.3. Pengiriman atau penjualan barang yang terkumpul dijual ke pabrik yang membutuhkan material bekas tersebut sebagai bahan baku dijual ke pemulung.
 Sampah organik atau sering disebut sampah basah adalah jenis sampah yang berasal dari jasad hidup sehingga mudah membusuk dan dapat hancur secara alami. Contohnya adalah sayuran, daging, ikan, nasi, dan potongan rumput/ daun/ ranting dari kebun. Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari sampah organik setiap harinya. Pembusukan sampah organik terjadi karena proses biokimia akibat penguraian materi organik sampah itu sendiri oleh mikroorganime (makhluk hidup yang sangat kecil) dengan dukungan faktor lain yang terdapat di lingkungan. Metode pengolahan sampah organik yang paling tepat tentunya adalah melalui pembusukan yang dikendalikan, yang dikenal dengan pengomposan atau komposting. Kompos olahan warga biasanya dijual dan sebagian dikonsumsi sendiri. Cara kerja komposter (drum) ditaruh di pekarangan atau di tempat teduh. Proses pengomposan dilakukan dengan cara yaitu bahan organik dimasukkan, dan merambat ke atas mengikuti bahan organik baru. Di sini akan terjadi proses fermentasi panas oleh bakteri termofilik, karena suhu dapat meningkat di dalam komposter tertutup, yang juga berguna membunuh bibit hama penyakit dan gulma. Komposter I yang sudah penuh dan sedang dalam proses pemasakkan, digantikan komposter II yang sudah disiapkan dan nanti setelah komposter I selesai dikosongkan, disiapkan untuk menggantikan komposter II bila sudah penuh dan seterusnya. Pemasaran kompos dilakukan untuk mrnggantikan peran pupuk kimia dalam bidang pertanian, perkebunan, dan perhutanan. Pergantian ini hanya bisa dilaksanakan dengan bantuan kebijakan pemerintah yang mengharuskan penggunaan pupuk kompos untuk seluruh bidang kegiatan seperti pertanian pangan, perkebunan, dan perhutanan. Proses pergantian ini harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan terbentuknya sistem produksi. Secara perlahan tapi pasti, pupuk kompos akan meningkatkan produktivitas tanaman dengan aplikasi kompos secara sinambung dan teratur.

0 komentar:

Posting Komentar