BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembelajaran
apresiasi sastra bagi siswa kelas VII SMP/MTs meliputi mendengarkan
dongeng dan menceritakannya,mengomentari buku, membaca cerpen, menulis
dan membaca puisi (Indrawati,2007). Walaupun pembelajaran materi-materi
tersebut tidak dalam waktu bersamaan, siswa harus melaluinya dengan
standar kelulusan dengan nilai 65. Ternyata pembelajaran apresiasi
sastra memberikan tekanan tersendiri bagi siswa, khususnya siswa MTs.
Hal tersebut harus mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari dewan
guru agar pembelajaran terlaksana dengan hasil yang memuaskan.
Materi
membacakan puisi diajarkan pada siswa kelas VII SMP/ MTs, yaitu ketika
smester II. Pembelajaran materi tersebut menuntut siswa untuk dapat
membacakan puisi dengan beberapa kekntentuan, anatara lain, intonasi
yang tepat, ekspresi yang benar, penjedahan yang tepat, mimik wajah yang
sesuai dan lain sebagainya.Hal tersebut harus mampu siswa praktikkan,
tidak hanya sebagai pembelajaran yang berbentuk wacana. Dengan begitu,
ketuntansan penilaiannya pun dapat berjalan sesui dengan silabus
pembelajaran yang ada.
Pada
siswa kelas VII MTs Al-Khalafiah ditemukan permasalahan-permasalahan
terkait dengan pembelajaran materi membacakan puisi.
Permasalahan-permasalahan tersebut bersumber dari guru dan siswa
sendiri. Permasalahan pertama berasal dari guru yang selalu mengajarkan
materi membacakan puisi hanya sebatas pemahaman defininif belaka, tanpa
ada praktik langsung materi tersebut. Guru tidak dapat memberikan
teladan tentang bagaimana cara membacakan puisi dengan teknik yang
benar.
Dari
permasalahan pokok tersebut, menimbulkan dampak bagi siswa dalam
membacakan puisi dengan teknik yang benar. Sebagian besar siswa masih
membaca puisi dengan intonasi yang salah. Ketika membaca puisi, sebagian
besar siswa masih dengan suara yang datar. Mereka juga tidak
memperhatikan kesenyapan atau penjedahan yang seharusnya diterapkan
dalam membaca puisi.
Selain
masalah di atas, siswa juga kurang mampu menjiwai puisi yang mereka
baca. Ketika membaca puisi di depan kelas, mimik mereka sama sekali
tidak mengesankan isi puisi yang mereka baca. Padahal dengan
mengekspresikan mimic wajah yang tepat, akan sangat mempengaruhi isi
puisi yang seharusnya tersampaikan.
Dari
masalah yang timbul tersebut, peneliti memberi solusi atau pemecahan
berupa penerapan teknik pemodelan. Teknik pemodelan adalah salah satu
komponen yang penting dalam pembelajaran kontekstual (Budi, 2007). Dalam
pembelajaran membacakan puisi, siswa perlu sebuah model yang dapat
ditiru sehingga mereka dapat membacakan puisi dengan kriteria yang telah
ditentukan.
Penelitian
penerapan teknik pemodelan sebagai usaha meningkatkan kemampuan membaca
puisi siswa MTs Al-Khalafiah, merupakan jenis penelitian tindakan
kelas. Penelitian ini dapat melibatkan guru atau peneliti terjun
langsung sebagai praktisi tindakan. Skenario pembelajaran yang mulanya
diterapkan, diubah dengan skeario pembelajaran yang sesuai dengan teknik
yang akan digunakan. Dalam penelitian ini, guru bertindak sebagai
praktisi, dalam kelas. Guru menjalankan rencana pembelajaran yang dibuat
oleh peneliti.
Dari pernyataan di atas, sangat tepat bila judul penelitian ini adalah Meningkatkan
Kemampuan Membaca Puisi Siswa Kelas VII MTs Al-Khalafiah Kecamatan
Tekung Kabupaten Lumajang dengan Menggunakan Teknik Pemodelan.Penelitian
ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi guru pengampu
bidang studi Bahasa Indonesia, khususnya di MTs Al-khalifiah agar
kemampuan siswa kelas VII MTs Al-Khalafiah dapat lebih baik.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah.
a. Bagaimanakah
peningkatan kemampuan membaca puisi siswa kelas VII MTs Al-Khalafiah
kecamatan Tekung Kabupaten Lumajang setelah diterapkan teknik pemodelan?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan maka tujuan penelitian ini adalah.
a. Mendeskripsikan
peningkatan kemampuan membaca puisi siswa kelas VII MTs Al-khalafiah
Kecamatan Tekung Kabupaten Lumajang setelah diterapkan teknik pemodelan.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Bagi siswa, sebagai teknik yang dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam membacakan puisi.
b. Bagi guru, sebagai solusi atas masalah penyampaian materi membacakan puisi oleh siswa.
c. Bagi peneliti berikutnya, sebagai referensi atau bahan pembending penelitian berikutnya dengan topic atau masalah yang sama.
1.5 Definisi Operasional
Definisi
operasional bertujuan untuk memberikan batasa pengertian terhadap
istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian agar tidak menimbulkan
persepsi lain. Istilah-istilah yang didefinisikan dalam penelitian ini
sebagai berikut.
a. Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak
b. Puisi
adalah salah satu bentuk karya sastra yang berusaha mengungkapkan
perasaan secara imajiner yang terikat oleh struktur fisik.
c. Membacakan
puisi adalah melisankan puisi dengan memperhatikan tekni-teknik dan
criteria agar memiliki nilai seni yang tinggi untuk dinikmati orang
lain.
d. Teknik
pemodelan adalah salah satu komponen pembelajaran kontekstual dengan
menghadirkan model dalam pembelajaran, baik di dalam, maupun di luar
kelas
e. Prabaca adalah suatu proses pemahaman sebelum membaca dari keseluruhan isi materi yang diajarkan
f. Saabaca adalah proses membaca untuk memahami isi dari materi yang diajarkan.
g. Pascabaca
adalah proses membaca secara keseluruhan isi dari materi yang diajarkan
siswa harus mampu menjelaskan kembali materi yang telah dibaca.
1.6 Hipotesis Tindakan
Hipotesis
tindakan dalam penelitian ini adalah jika diterapkan pembelajaran
membacakan puisi dengan teknik pemodelan, kemampuan siswa dalam
membacakan puisi akan meningkat.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Pembahasan
tentang Penggunaan Teknik Pemodelan untuk Meningkatkan Kemampuan
Membaca Puisi Siswa Kelas VII MTs Al-khalafiah Kecamatan Tekung
Kabupaten Lumajang, menggunakan landasan teori, meliputi: (1) pengertian
membaca, (2) pengertian puisi, (3) teknik dalam pembacaan puisi, (4)
materi pembelajaran pembacaan puisi, (5) pelaksanaan kegiatan
pembalajaran puisi, (6) kurikulum materi pembelajaran puisi, (7)
pembalajaran membacakan puisi dengan teknik pemodelan.
2.1 Pengertian Membaca
Menurut
Syafe’I (1999:6), hakikat membaca antara lain: Membaca pada hakikatnya
merupakan pengmbangan keterampilan, mulai dari keterampilan memahami
kata-kata, kalimat paragraf dalam bacaan, sampai dengan memahami secara
kritisdan evaluative ke seluruh bagian dari isi bacaan. Dia juga
menjelaskan bahwa membaca pada hakikatnya merupakan kegiatan megamati
dan memahami kata-katatertulis dan memberikan makanaterdapat kata-kata
tersebutberdasarkan pengetahuandan pengalaman yang telah dimiliki.
Hudson (dalam Tarigan,1994) menyatakan bahwa membaca merupakansuatu
proses yang dilakukanserta dilakukan serta dipergunakan oleh
pembacauntuk memperoleh pesan yang yang hendak disampaikan melalui media
kata-kata atau bahasa tukis. Berdasarkan pendapat Hutson tersebut,
proses membaca haru terlaksana dengan baik sehinggapesan yang tersirat
dan tersurat dalam bacaan kan dapat ditanggkap dan dipahami.
Dikaitkan dengan penelitian ini maka teori yang digunakan adalah
hakikat membaca adalah proses pemberian makan terhadap kode-kode bahasa
tulis yang ditujukan agar orang lain memperoleh pemahaman terhadap teks
yang dibacakan.
2.2 Pengertian Puisi
Secara
etimologi puisi berasal dari bahasa Yunani poima ‘membuat’ atau poesisi
‘pembuatan dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau poetry. Beberapa
pendapat tentang puisi dikemukakan oleh para ahli tentang puisi, antara
lain.
Menurut
Wirjosoedarmo (dalam Pradopo,2000:309), puisi adalah karangan yang
terikat pada banyak baris dalam tiap-tipa bait, banyak kata yang
berbentuk baris, serta banyak suku kata yang berbentuk larik. Selain itu
puisi juga harus memiliki rima atau irama. Taylor (dalam
Pradopo,2000:6) berpendapat bahwa puisi adalah kata terindah dalam
susunan terindah. Sedangkan Hadson (dalam Aminudin,2000:134) menyatakan
puisi adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai
media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi.
Dari
pernyataan para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa puisi
adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media
untuk menyampaikan ilusi dan imajinasi, yang secara fisik terikat oleh
jumlah baris, jumlah kata, dan jumlah bait.
2.3 Teknik Membacakan puisi
Aminudin
(2000:19), mengartikan membaca teknik adalah membaca yang dilaksanakan
secara bersuara sesuai dengan aksentuasi, intonasi dan irama yang benar,
selaras dengan gagasan serta suasana penutur dalam teks yang dibaca.
Muchlison membedakan membaca teknik menjadi dua, yaitu pengajaran
membaca dan pengajaran membacakan. Pengajaran membaca yang dimaksud
adalah aktivitas tersebut untuk keperluan siswa itu sendiri dan untuk
pihak lain, misalnya guru atau teman lain. Sedangkan pengajaran yang
tergolong membacakan, yaitu si pembaca melakukan aktivitas tersebut
lebih banyak ditujukan kepada orang lain. Pembaca bertanggung jawab atas
lagu atau intonasi kalimat, lafal kata, kesenyapan, ketepatan tekanan,
suara dan sebagainya.
Dalam
kaitannya dengan membaca puisi, siswa tersebut dituntut untuk membaca
puisi sesuai dengan teknik pembacaan yang tepat dan ditujukan untuk
dirinya sendiri dan orang lain tapi dalam lingkup terbatas, misalnya
pada guru dan siswa lain.
Menurut
Junaedi (dalam Kurniawan, 2005: 13), beberapa teknik yang harus
dikuasai siswa dalam membacakan puisi, antara lain; teknik vocal,
artikulasi, mimik/ ekspresi, gesture dan penghayatan terhadap puisi
2.4 Materi Pembelajaran Membacakan Puisi
Pembelajaran
membacakan puisi harus memperhatikan materi yang akan disajikan, yaitu
materi yang terpilih sebagai materi membaca puisi. Dalam penelitian
ini, materp pembelajaran membaca puisi siswa SMP/MTs dipelajari di kelas
VII smester II. Supriyadi (1992:385), menyatakan bahwa ada dua kriteria
yang dapat digunakan dalam pemilihan materi pembelajaran puisi, yaitu
criteria keterbacaan dan kriteria kesesuaian. Kriteria keterbacaan di
dalam puisi, yaitu mencakup sukar tidaknya bahasa yang digunakan dan
pesan yang terkandung dalam puisi tersebut. Bahasa puisi yang dijadikan
bahan pembelajaran harus sesuai dengan taraf kemampuan siswa. Kriteria
kesesuaian adalah yang menyangkut hal-hal, seperti kesesuaian dengan
tinkat usia anak, kesesuaian dengan lingkungan (Supriyadi,1992).
Dikaitkan
dengan penelitian ini, siswa yang yang menjadi obyek penelitian adalah
siswa kelas VII MTs Al-Khalafiah Kecamatan Tekung Kabupaten Lumajang.
Dilihat dari segi penguasaan bahasa Indonesia, mereka masih kurang
karena masih terpengaruhi oleh bahasa pertama mereka, yaitu bahasa
Madura. Oleh karena itu, perlu disediakan contoh puisi yang secara
bahasa mudah mereka pahami dan dengan tema yang masih familiar dengan
mereka (tidak terlalu sulit dipahami). Sedangkan bila dilihat dari segi
lingkunagnnya, MTs Al-khalafiah berada dalam naungan pondok pesantren
Al-Khalifia sehingga perlu diperhatikan pula penyediaan materi yang
sesuai.
Berikut ini contoh puisi yang disajikan pada siswa kelas VII MTs Al-Khalifiah.
Oh, Guruku
pedih dan pedasnya jari
napas yang sesak akibat debu kapur
tak menyerahkan niat luhur
tak meluluhkan niat luhur
maju dan pesatnya ilmu pengetahuan
semua tumbuhkan hasrat mendidik
oh, guruku
kau laksana pelita dalam gulita
jasamu tak terbeli
entah kata apa yang pantas kuucap
sebagai tanda terima kasih
untaian kata indah
halusnya rajutan sutra
tak sebanding, tak cukup
‘tuk seorang pahlawan
tanpa tanda jasa sepertimu
Eni Nuraini (Republika, Minggu 20 Maret 1994)
2.5 Pelaksanaan Kegiatan Pembalajaran Puisi
Pengajaran apresiasi puisi di dalam kelas merupakan pengajaran yang
lebih menekankan terciptanya suasana apresiasif dalam kelas serta sikap
apresiasif siswa terhadap materi pembelajaran. Hal yang terpenting dalam
pengajaran puisi di kelas adalah menjaga agar suasan tetap santai
sehingga pembalajaran terkesan santai dan menyenangkan, (Sumardi dan
Zidan,1997:38)
Berikut ini akan dijelaskan beberapa kegiatan dalam pembelajaran membacakan puisi, diantaranya sebagai berikut.
2.5.1 Kegiatan Pramembacakan
Sumardi dan Zidan (1997:39) menyatakan bahwa dalam pelaksanaan
pengajaran apresiasi puisi hendaknya diarahkan pada keterlibatan
langsung siswa dalam pengalaman puisi. Dalam hal ini siswa di arahkan
untuk mencari nilai-nilai keindahan yang ada dalam puisi. Oleh sebab
itu, siswa di beri kesempatan untuk menggali pengalaman emotif mereka
sebagai bahan ekspresi ketika membacakan puisi.
Dalam penelitian ini, upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk
menyatukan skemata menegnai pembacaan puisi adalah dengan cara
mengaitkan pengalaman emotif yang dimiliki siswa dengan pengetahuan
siswa tentang tema atau hal-hal lain yang berhubungan dengan puisi yang
akan dibacakan. Setelah itu, guru memperkenalkan topik yang akan
diajarkan dengan membangkitkan schemata siswa. Langkah selanjudnya
adalah sebagai berikut.
a) Guru
menjelaskan tentang indicator yang akan dicapai siswa dalam
pembelajaran yang akan dilaksanakan agar sisiwa lebih siap secara mental
dan membentuk kerangka berpikir siswa.
b) Kegiatan
siswa membaca dalam hati. Bila pada tahap ini siswa membaca dengan cara
bersuara, akan menghilangkan konsentrasi. Membaca dalam hati melatih
siswa agar mereka dapat membaca tanpa bersuara dan mampu memahami wacana
yang terkandung dalam bait-bait puisi yang ia baca. Pada tahap ini guru
memonito kegiatan siswa.
c) Memfokuskan perhatian pada judul. Siswa di minta untuk memprediksikan apa yang dimaksud oleh judul tersebut.
Endraswara
(2003:204) menyatakan bahwa terdapat hal-hal penting yang perlu
diperhatikan sebelum membacakan puisi, yaitu: penghayatan dan pemahaman
karya sastra, latihan pernafasan dan penghayatan dan latihan mimik.
2.5.2 Kegiatan Saat Membacakan
Pada tahap ini guru yang mengajarkan pembelajaran membacakan puisi
harus mampu membacakan puisi dengan baik dan benar. Guru dituntut untuk
member contoh membacakan puisi. Akan tetatpi sebagai variasi atau untuk
menutupi kekurangan yang terjadi, misalnya guru merasa tida mampu
membaca puisi dengan baik dan benar, guru dapat menghadirkan model dalam
pembelajaran. Model tersebut dapat dari siswa yang dianggap memiliki
kemampuan lebih, atau ahli dari luar. Atau, guru dapat menampilkan model
pembacaan puisi tersebut secara audio visual melalui CD. Dengan
demikian pelaksanaan pembelajaran pembacaan puisi dapat telaksana dengan
baik dan menimbulkan kesan yang menyenangkan bagi siswa.
2.5.3 Kegiatan Pascamembacakan
Kegiatan pascamembacakan sangat membantu siswa mengintegrasikan
informasi yang baru dengan schemata yang ada. Ada tiga kegiatan yang
dilakukan dalam pascamembacakan puisi, diantaranya 1) menjawab
pertanyaan soal, 2) menceritakann kembali dan 3) mengaplikasikan. Pada
tahap yang ke tiga, diharapkan siswa mampu membacakan puisi dengan benar
karena antara stigmata siswa terhadap pembelajaran telah menyatu dengan
pengalaman mereka terhadap puisi yang mereka hadapi. Sedangkan aplikasi
pembacaan puisi secara estetis dimaksudkan agar siswa dalam membacakan
puisi jelas pengucapannya dan dapat mengekspresikan isi puisi tersebut.
2.6 Kurikulum Materi Pembelajaran Puisi
Standar
kompetensi bidang studi Bahasa Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu
belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi dan belajar sastra adalah
belajar menghargaia manusia dan nila-nila keanusiaan.Pembelajaran
sasatra menitik beratkan pada kenyataan bahwa sastra merupakan satu
bentukseni yang harus diapresiasi dan diekspresikan.
Puisi
merupakan salah satu dari pembelajaran sastra. Apresiasi puisi meliputi
mendengarkan pembacaan puisi, kemudia memahami pikiran, perasaan dan
imajinasi yang terkandung di dalamnya, juga membaca degan penuh
pemahaman (Indrawati,2007). Ekspresi puisi meliputi melisankan atau
membacakan puisi dan menulis puisi.
Kurikulum
bidang studi bahasa Indonesia untuk kelas VII, kompentensi dasar dan
hasil belajar yang harus dicapai siswa dalam membacakan puisi adalah:
a)membaca puisi dengan lafal dan intonasi yang tepat, b) menentukan jeda
dan c)menggunakan ekspresi yang tepat (Indrawati, 2007). Berdasarkan
kurikulum tersebut, kompetensi yang harus dimahirkan siswa dalam
pembelajaran adalah mampu membacakan puisi dengan teknik yang tepat.
Untuk memndukung kelancaran pembelajaran, pemilihan materi puisi juga
perlu diperhatikan oleh guru. Hal yersebut harus disesuaikan dengan
jenjang pendidikan siswa.
Untuk
menentukan bahan pengajaran puisi yang baik dapat digunakan dengan
criteria yaitu: a) kriteria keterbacaan dan b) kriteria kesesuaian.
Kriteria keterbacaan adalah patokan tentang mudah tidaknya suatu bahan
pengajaran bagi murid-murid. Hal yang termasuk dalam dalam criteria ini
yaitu: (a) mudah tidaknya bahasa yang digunakan, (b) mudah tidaknya
pesan yang disampaikan. Kriteria kesesuaian adalah patokan yang untuk
menilai cocok tidaknya suatu bahan materi dengan kelompok usia tertentu.
Hal yang termasuk dalam criteria kesesuaian tersebut yaitu: (a)
kesesuaian dengan perkembangan jiwa usia anak dan (b) kesesuaian dengan
lingkungan tempat belajar anak.
2.7 Pembelajaran Membacakan Puisi dengan Menggunakan Teknik Pemodelan
Penggunaan
teknik pemodelan dalam pembelajaran membacakan puisi diterapkan pada
siklus I. Guru kelas bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Pada
siklus ini guru menayangkan sebuah CD yang berisi model pembacaan puisi
dengan teknik yang benar. Adapun langkah-langkah penerapan pemodelan
dalam pembelajaran membacakan puisi pada siklus I adalah sebagai
berikut.
1) Pendahuluan
(a) Apersepsi
- Guru memimpin doa lalu mengapsensi siswa
- Guru membuka skemata siswa tentang pembelajaran membacakan puisi pada siswa
- Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok.
- Guru
menayangkan CD yang berisi model membacakan puisi dengan teknik yang
benar sebagai umpan pada siswa untuk memulai pembelajaran sekaligus
sebagai upaya untuk memberikan stimulus pada siswa dalam belajar
membacakan puisi. Dari pemodelan awal tersebut, diharapkan agar siswa
termotivasi dalam mengikuti pembelajaran.
2) Pelaksanaan tindakan
(a) Prabaca
- Guru
membangkitkan skemata siswa dengan cara mengaitkan judul puisi dengan
pengetahuan dan pengalaman siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
yang mengarah pada isi puisi. Puisi yang digunakan berjudul Oh, Guruku.
- Guru meminta siswa memahami puisi tersebut dengan membacanya dalam hati.
- Guru
menanyakan ketertarikan siswa pada puisi yang dipelajari. Apabila siswa
tertarik maka puisi tersebut digunakan sebagai bahan pelajaran dan
digunakan dalam tes membacakan puisi. Abila siswa tidak tertarik, guru
mengganti dengan contoh puisi lin yang telah di sediakan.
- Guru memberikan contoh latihan konsentrasi dengan maksud mempersiapkan mental siswa dalam belajar membacakan puisi.
(b) Saat baca
- Untuk kedua kalinya guru menayangkan CD ynga berisi model pembacaan puisi dan menyuruh siswa untuk memperhatikan dengan seksama
- Guru
menyuruh perwakilan dari setiap kelompok untuk membacakan puisi di
depan kelas dan meminta kelompok lain memberikan tanggapan.
- Dari perwakilan kelompok yang maju, siswa yang menanggapi mengatakan bahwa mereka mengalami kekurangan dalam intonasi.
- Guru
kembali menayangkan CD yang berisi model pembacaan puisi tapi dengan
format pemutaran secara berjedah antara baris pertama sampai baris
berikutnta. Hal ini bertujuan untuk member penekanan pada siswa tentang
intonasi yang benar sesuai model yang ditayangkan. Selain itu, untuk
member kesempatan pada siswa untuk belajar memperbaiki kesalahan
intonasi.
- Guru member kesempatan pada siswa untuk belajar membacakan puisi bersama kelompoknya.
- Guru
menyuruh siswa lain dari perwakilan masing-masing kelompok untuk
membacakan puisi di depan kelas dan meminta kelompok lain memberikan
tanggapan terhadap pembacaan puisi oleh siswa yang maju.
(c) Pascabaca
- Guru menyuruh siswa yang berani untuk membacakan puisi di depan kelas.
- Guru
memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai isi puisi yang dipelajari
sebagai proses pemahaman siswa dalam belajar membacakan puisi
3) Penutup
- Guru melakukan refleksi terhadap jalannya pembelajaran
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
Pada
bab ini akan dibahas tentang metode penelitian yang akan digunakan
sebagai pedoman dalam penelitian, yang meliputi: (1) rancangan
penelitian dan jenis penelitian, (2) data dan sumber data, (3) teknik
pengumpulan data, (4) teknik analisis data, (5) tahap-tahap penelitian,
(6) lokasi penelitian, (7) instrument penelitian dan (8) prosedur
penelitian.
3.1 Rancangan dan Jenis Penelitian
Penelitian terhadap penggunaan teknik pemodelan untuk meningkatkan
kemampuan membaca puisi siswa kelas VII MTs Al-Khalafiah, menggunakan
rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hakikat Penelitian Tindakan
Kelas adalaha tindakan yang diperlukan untuk mengatasi masalah praktis
yang dihadapi guru dan tugas kesehariannya, (Soepeno, 2000:1). Dengan
demikian, tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini tidak hanya berusaha
mengungkapkan penyebab permasalahan yang dihadapi guru, melainkan pada
dasrnya penelitian ini bertujuan untuk memberi peneyelesaian atas
permasalahan pembelajaran yang dihadapi guru.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dalam penelitian ini digunakan
rancangan Penelitian Tindakan Kelas karena kemampuan siswa kelas VII MTs
Al-Khalafiah dalam membacakan puisi masih tergolong rendah dan belum
mencapai ketuntasan belajar. Selain itu permasalahan timbul juga oleh
kemampuan guru pengampu bidang studi yang kurang memadai dalam
pembelajaran pembacaan puisi. Oleh karena itu, dalam rancangan
penelitian ini diterapkan solusi berupa penggunaan teknik pemodelan
dalam pembelajaran membacakan puisi.
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah simultan
terpadu. Menurut Oja dan Simuljan (dalam Rofi’udin, 1998: 13), jenis
penelitian yang simultan terpadu lebih memfokuskan pada teori dengan
cara mengikutsertakan praktisi (guru) untuk berpartisipasi dan
keterlibatannya tidak terlalu mendetail. Guru hanya berpartisipasi
sebagai fasilitator dan motivato bagi para siswa. Sedangkan peneliti
sebagai innovator.
3.2 Data dan Sumber Data
Terdapat dua jenis data dalam penelitian ini, yaitu data kualitatif dan
data kuantitatif. Data kualitatif berupa hasil observasi dalam
pembelajaran puisi. Sedangkan data kuantitatif berupa skor tes
membacakan puisi oleh siswa. Data observasi didapat dari hasil
pencatatan tentang berbagai aktivitas pembelajaran ketika teknik
pemodelan dalam pembelajaran membacakan puisi siswa kelas VII MTs
Al-khalafiah. Sedangkan data yang didapat dari tes berupa skor nilai
siswa dalam membacakan puisi.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan teknik observasi dan tes. Kedua teknik tersebut diuraikan sebagai berikut.
3.3.1 Teknik Observasi
Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data kualitatif dengan mengamati
aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran membacakan puisi pada saat
diterapkan teknik pemodelan. Observasi yang dilakukan pada guru
diarahkan pada aktivitas guru ketika menerapkan tindakan, diantaranya:
sesuia tidaknya pengajaran dengan rencana pengajaran, strategi yang
digunakan dalam pengajaran, dan model yang ditayangkan oleh guru.
Sedangkan obsevasi pada siswa difokuskan pada keseriusan, perhatian,
keaktifan dan partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.
3.3.2 Teknik Tes
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data kuantitatif dengan
melaksanakan tes membacakan puisi oleh siswa. Adapun pelaksanaan tes
dalam penelitian adalah sebagai berikut.
a) Pada
tahap siklus I (setelah diterapkannya tindakan) peneliti, dibsntu oleh
guru menugaskan siswa untuk membacakan puisi di depan kelas dengan baik
sebagai aplikasi setelah diterapkannya tidakan. Penilaian dilakukan
berdasrkan format penilaian yang telah dibuat. Tes tahap ini bertujuan
untuk mengetahui apakah nilai yang diperoleh siswa dalam membacakan
puisi sudah mencapai ketuntasan atau tidak.
b) Pelaksanaan
tes pada siklus II merupakan perbaikan dan bertujuan untuk mengetahui
apakah nilai siswa dalam membacakan puisi sudah mencapai ketuntasan
nilai.
3.4 Teknik Analisis Data
Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data yang didapat dari
observasi dan tes membacakan puisi siswa sebelum dan sesudah diterapkan
tindakan.
3.4.1 Teknik Observasi
Data yang didapat dari observasi dianalisis secara kualitatif.
Data-data tersebut dikaji untuk mengetahui bagaimana tindakan guru dan
siswa ketika pembelajaran membacakan puisi berlangsung dengan
menggunakan catatan lapangan.
3.4.1 Teknik Tes
Data-data dari tes dianalisis secara kuantitatif dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1) Kemampuan membacakan puisi siswa sebelum dan sesudah diterapkannya tindakan
2) Skor
yang diperoleh siswa diubah menjadi nilai untuk mengetahiu ketuntasan
belajar siswa. Pengubahan skor menjadi nilai menurut Purwanto (dalam
Kurniawan, 2005: 26) menggunakan rumus sebagai berikut.
<!–[if gte msEquation 12]>RSM×100%=NP<![endif]–>
Keterangan:
NP = Nilai Presentase
R = Skor yang dicapai
SM = Skor Maksimal
100% = konstanta
Keberhasilan proses belajar ditentukan dengan criteria ketuntasan belajar sebagai berikut.
(a) Ketuntasan perorangan yaitu siswa dikatakan telah tuntas belajarnya bila mencapai nilai ≥ 65,
(b) Ketuntasan
klasikal yaitu suatu kelas dapat dikatakan tuntas bila di kelas telah
terdapat 85% dari jumlah siswa yang telah mencapai nilai ≥ 65%,
(Purwanto, dalam Kurniawan, 2005:27)
3) Setelah
langkah yersebut maka nilai siswa dikomparasikan. Artinya, nilai dari
tes kemampuan membacakan puisi siswa pada tahap prasiklus (sebelum
diterapkan tindakan) dibandingkan dengan tes kemampuan membacakan puisi
pada siklus I (setelah diterapkan tindakan). Bila diadakan siklus
berikutnya, yaitu siklus II maka yang dikomparasikan adalah nilai
prasiklus dan nilai sklus II.
4) Memaparkan proses penerapan tindakan pada siklus I dan siklus II, bila diadakan
3.5 Tahap-tahap Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini, mengukuti prinsip dasar yang berlaku dalam
penelitian tindakan kelas. Prosedur pelaksanaan penelitian sesuai dengan
pandangan Kemmis dan Mc Taggrat, (dalam Soepeno, 2000: 2) yanga
menyatakan bahwa dalam PTK digunakan bebtuk spiral. Bentuk spiral yang
dimaksud adalah bahwa dalam penelitian tindakan kelas menggunakan
istilah siklus I dan siklus II dengan setiap siklus teridi dari empat
tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.
Langkah-langkah dalam penelitian TIndakan Kelas, sebagai berikut.
1) Prasiklus
Pada
tahap prasiklus, peneliti mengadakan pengamatan awal terhadap jalannya
pembelajaran oleh guru pengampu. Pengamatan awal tersebut, peneliti
fokuskan pada metode pembelajaran puisi yang diterapkan oleh guru dan
hasil penilaian terhadap pembacaan puisi oleh siswa. Dari pengamatan
awal tersebut, peneliti menemukan permasalahan berupa ketidak tepatan
guru dalam menerapkan teknik pembelajaran dan rendahnya kemampuan siswa
dalam membacakan puisi. Oleh karena itu, peneliti menyiapkan solusi
pemecahannya dengan menerapkan teknik pemodelan untuk meningkatkan
kemampuan memabacakan puisi siswa kelas VII MTs Al-Khalafiah kecamatan
Tekung Kabupaten Lumajang.
2) Siklus I
Pada
tahap siklus I ini diterapkan teknik pemodelan dalam pembelajaran
puisi. Adapaun langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan
dengan menerapkan teknik pemodelan adalah sebagai berikut.
(1) Perencanaan
Kegiatan
perencanaan dilakukan dengan menyusun rancangan tindakn peningkatan
kemampuan membacakan puisi siswa dengan teknik pemodelan melalui
kegiatan sebagai berikut.
a) Penyususnan rencana pembelajaran yang akan diterapkan dalam pembelajaran di kelas tersebut
b) Penyiapan
alat evaluasi yang nantinya akan diterapkan pada proses pembelajaran,
yang berupa lembar observasi dan lembar nilai tes kemampuan membacakan
puisi.
(2) Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan
tindakan pada siklus I disesuaikan dengan rencana pembelajaran yang
disusun pada perencanaan. Dalam pelaksanaan tindakan ini guru bertindak
sebagai praktisi, motivator dan fasilitator bagi siswa sedangkan
peneliti sebagai penggagas atau innovator yang memberikan pengarahan,
movasi dan stumulus agar guru dapat melakukan peranannya sesuai rencana.
Pada
siklus ini, juga diterapkan pembagian kelompok dalam pembelajaran agar
pembelajaran membacakan puisi dapat berjalan dengan waktu yang lebih
efisien. Guru harus benar-benar menyiapkan dan memastikan bahwa CD yang
akan ia tayangkan dalam keadaan baik sehingga teknik pemodelan yang akan
diterapkan dengan lancar. Tindakan ini meliputi tiga kegiatan, sebagai
berikut.
(a) Pendahuluan
Guru
menginformasikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang harus dicapai.
Selain itu guru dan siswa mendiskusikan manfaat mempunyai kompetensi
membacakan puisi.
(b) Inti Pembelajaran
Pembelajaran dibagi menjadi tiga tahap:
1) Prabaca
Guru
membangkitkan schemata siswa dengan cara mengaitkan judul puisi dengan
situasi lingkungan siswa, kemudia melakukan kegiatan pemahaman dan
penghayatan terhadap puisi yang akan dibaca.
2) Saatbaca
Guru
memberikan contoh pembacaan puisi dengan memutar CD yang berisi model
pembacaan puisi. Setelah itu siswa membaca nyaring bersama-sama dengan
lafal dan intonasi yang sesuai denganisi puisi dan dilanjutkan dengan
membacakan puisi secara bergantian. Kegiatan ini ditujukan agar siswa
memiliki bekal kompetensi memabacakan puisi dengan baik dan benar.
3) Pascabaca
Guru
mengajukan beberapa pertanyaan pada siswa tentang kesan yang ditangkap
oleh siswa setelah diterapkannya teknik pemodelan dalam pembelajaran
membacakan puisi. Selain itu guru juga meminta siswa untuk menceritakan
kembali isi puisi yang telah mereka bacakan untuk kemudian bagi yang
berani, diminta untuk maju membacakan puisi secara individu.
(c) Penutup
Guru dan peneliti bersama-sama melakukan refleksi tehadap kegiatan pembelajaran.
(3) Observasi
Peneliti
sebagai observer melakukan observasi untuk memantau jalannya
pembelajaran. Observasi tersebut diperlukan guna menyusun
langkah-langkah yang akan ditempuh untuk memeperbaiki
kekurangan-kekurangan yang dirasa ada dalam penelitian tersebut.
Hal
yang menjadi focus observasi adalah apakah pelaksanaan tindakan oleh
guru sudah sesuai dengan apayang telah direncansksn oleh peneliti.
Selain itu, hal yang harus diperhatikan dalam observasi adalah bagaimana
aktivitas siswa dlam proses pembelajaran ketika dilaksanankan tindakan.
(4) Refleksi
Refleksi
dilakukan dengan cara mengolah data, menganalisis, menjelaskan dan
menyimpulkan bagaimana tingkat perubahan aktivitas siswa dalam
pembelajaran. Hal yang lain yang harus diperhatikan adalah seberapa
besar tingkat prestasi belajar siswa setselah diterapkan tindakan. Pada
akhirnya tahap ini adalah untuk mengetahui nilai siswa dalam
pembelajaran membacakan puisi yang diterapkan di siklus I. Apabila sudah
diperoleh ketuntasan nilan pada siklus ini tidak perlu dilanjudkan pada
siklus berikutnya, yaitu siklus II.
3. Siklus II
Siklus II dilaksanakan sebagai tindakan perbaikan apabila pada siklus I
belum terjadi peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
membacakan puisi. Tahap yang dilalui dalam siklus ini pada dasrnya sama
dengan yang telah diterapkan pada siklus I
3.6 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTs Al-Khalafiah Kecamatan Tekung
kabupaten Lumajang. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah karena
di sekolah tersebut ditemukan permasalahan tentang pembelajaran
pembacaan puisi dengan baik dan benar. Sebagia besar siswa kelas VII MTs
Al-Khalafiah belum dapat membacakan puisi dengan baik dan benar. Guru
sendiri tidak dapat berbuat banyak karena ternyata guru pengampu bidang
studi Bahasa Indonesia pada sekolah tersebut merasa kesulitan dalam
menyampaikan materi tersebut dengan alasan guru tersebut tidak berasal
dari latarbelakang pendidikan Bahasa Indonesia. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut, peneliti menyiapkan strategi dengan menerapkan
teknik pemodelan untuk meningkatkan kemampuan membaca puisi siswa kelas
VII MTs Al-Khalafiah kecamatan Tekung kabupaten Lumajang.
3.7 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini ada dua, yaitu instumen pengumpul data dan
instumen pemandu analisis data. Instrumen pengumpul data adalah
observasi dan skor dari tes atau uji kemampuan membacakan puisi sebelum
dan sesudah tindakan. Instrumen pemandu analisis data berupa hasil
observasi dan hasil penilaian dari tes kemampuan membacakn puisi pada
prsasiklus, siklus II dan siklus II, bila ada.
3.8 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian terdiri atas tiga tahap, antara lain tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penyelesaian.
DAFTAR PUSTAKA
Aftarudin, Pesu. 1999. Pengantar Apresiasi Puisi. Bandung: Angkasa
Aminudin. 2004. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Dermawan, Taufik. 1999. Pembelajaran Apresiasi Puisi: Bahan, Media, Metode dan modelnya
Indrawati, Dewi. 2008. Aktif Berbahasa Indonesia untuk SMP/ MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Oka, I.G.N. 1983. Pengantar Membaca dan Pengajarannya. Surabaya: Usaha Nasional
Pradopo, Rachmad Djoko.1995. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Soepeno, Bambang. 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Jember
Tarigan, H.G. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan. Bandung: Angkasa
MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MEMBACA PUISI SISWA KELAS VII MTs AL-KHALAFIAH KECAMATAN
TEKUNG KABUPATEN LUMAJANG DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMODELAN
Proposal Penelitian
Disusun oleh :
Ruli Trisanti
|
|
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2010